Seni Rupa Terapan (Masjid Agung Pondok Tinggi)

4:17 AM Noshadiba Frisya Rahma 0 Comments


           Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang tidak hanya digunakan untuk hiasan atau pajangan di rumah, tetapi bisa memberikan manfaat lain bagi kehidupan sehari-hari

# Seni Rupa Arsitektur








Seni rupa arsitektur merupakan seni rupa terapan yang berbentuk bangunan. Contohnya seperti tempat tinggal, kantor, tempat ibadah dan bangunan lainnya.


Di Kota Sungai Penuh, Mesjid Agung Pondok tinggi merupakan salah satu contoh dari seni rupa arsitektur. Mesjid ini tidak hanya sekedar sebuah tempat ibadah bagi umat islam tetapi juga termasuk dalam salah satu peninggalan sejarah, dan memiliki nilai seni yang tinggi.
 
Sejarah Masjid Agung Pondok Tinggi



Masjid Agung Pondok Tinggi dibangun secara bergotong-royong oleh warga Desa Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi pada tahun 1874 M. Menurut masyarakat setempat, pembangunan dimulai pada Rabu, 1 Juni 1874, dan selesai pada 1902. Kala itu warga Sungai Penuh tak lebih dari 90 Kepala keluarga saja. Untuk melakukan pembangunan masjid, sebagian besar warga baik laki-laki dan perempuan bergotong-royong mengumpulkan kayu. Untuk meningkatkan semangat kerja, warga dusun juga mengadakan pergelaran berbagai seni pertunjukan tradisional Kerinci, di antaranya pencak silat.
Setelah kayu terkumpul dan pondasi berhasil dibangun, warga kemudian mengadakan musyawarah untuk membentuk panitia pelaksana pembangunan masjid. untuk arsitektur bangunan dipercayakan kepada M. Tiru seorang warga Dusun Pondok Tinggi. Untuk mengerjakan rancangan tersebut, dipilih 12 tukang bangunan yang dianggap memiliki keahlian mumpuni

Ke 12 orang tukang bangunan tersebut bertugas membantu mengukur, memotong, dan memilah berbagai komponen bangunan. Sementara itu, masyarakat setempat turut serta membantu pembangunan secara bergotong royong, terutama dalam menyediakan bahan-bahan untuk keperluan pembangunan. Pembangunan Masjid Agung Pondok Tinggi baru selesai secara permanen pada tahun 1902.


Arsitektural Masjid Agung Pondok Tinggi
 
*
Atap

Arsitekur dibangun mengikuti model arsitektur masjid asli Nusantara dengan ciri atap limas tumpang tiga, bagian atasnya dihiasi dengan lambang bulan sabit dan bintang





*
Pondasi
M
asjid Agung Pondok Tinggi ditopang 36 tiang penyangga. Ke 36 tiang tersebut dibagi menjadi 3 kelompok tiang, yaitu tiang panjang sembilan (tiang tuo), tiang panjang limau (panjang lima), dan tiang panjang duea (tiang panjang dua). Tiang-tiang tersebut ditata sesuai dengan ukuran, komposisi, dan letaknya masing-masing. 
Masjid Agung Pondok Tinggi berukuran 30 x 30 meter dengan tinggi bangunan setinggi 100 kaki atau sekitar 30,5 meter dari lantai dasar hingga ke puncak atap. Dinding masjid terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran motif tumbuhan dan mempunyai kisi-kisi yang berfungsi sebagai ventilasi. Dilengkapi dengan berbagai hiasan motif geometris. Pada setiap sudut dinding terdapat hiasan motif sulur-suluran. Sedangkan lantai masjid terbuat dari ubin. Masjid ini mempunyai 2 buah pintu masuk berdaun ganda yang berhiaskan ukiran motif tumpal dan sulur-suluran.


 

 
 
Tabuh Larangan



Mesjid Agung Pondok Tinggi mempunyai dua beduk besar. Yang besar disebutTabuh Larangan”. Beduk ini dibunyikan, apabila ada kejadian seperti kebakaran, banjir, dan lain-lain. Beduk besar ini berukuran : panjang 7,5 m, garis tengah bagian yang dipukul 1,15 m, dan bagian belakang 1, 10 m. Beduk yang kecil berada di luar mesjid dengan ukuran : panjang 4, 25 m, garis tengah yang dipukul (bagian depan 75 cm dan bagian belakang 69 cm). Beduk ini dibuat dari kayu yang sangat besar, ditarik beramai-ramai dari rimba, dan dilubangi bergotong-royong.





 



Noshadiba Frisya Rahma,
Sungai Penuh 2016





 

0 komentar: